Selasa, 06 Agustus 2013

Interpretasi Salah tentang Minuman Anggur

Dinyatakan dalam ayat 67 surah an-Nahl,
“Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat kami minuman yang memabukan dan rezeki yang baik sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang –orang yang memikirkan.”
Beberapa orang yang memiliki pemahaman terbatas berasumi bahwa ayat ini memuji minuman anggur dan mengatakan bahwa hal tersebut bertentangan karena anggur merupakan minuman yang diharamkan. 
Pertama –tama apa bila Anda mengamati dengan seksama, Anda dapat mengetahui bahwa tidak ada pujian seperti itu dalam ayat tersebut. Pujian tersebut lebih “pada buah kurma dan anggur” yang disediakan untuk manusia sebagai makanan bergizi. 
“Memabukkan” yang disebut pada bagian pertama dari ayat tersebut adalah apa yang orang saring ambil dari komponen-komponen ini dan menyebabkan mabuk, yang telah disebutkan beberapa ayat Al-qur`an sebagai merusak dan salah. Jika seseorang berusaha untuk mencapai kesimpulan bahwa ayat ini sedang menguji atau menganjurkan untuk mabuk, orang tersebut tentu mempunyai maksud tersembunyi dan juga dia sedang melakukan kesalahan yang amat besar dalam memahami opini.

Ayat ini memberikan satu fakta yang sangat signifikan; semua jenis makanan yang dianugerahkan Allah sebagai hidangan, dapat dijadikan –jika sangat diinginkan –digunakan dalam satu cara yang positif dan bermanfaat atau dapat disalahgunakan dengan memberikan efek akhir yang merusak. Dengan  cara yang sama, tergantung pada niatnya, semua anuugerah yang diberikan dapat digunakan untuk akhir yang baik atau jelek dapat digunakan untuk halal dan haram.
Disini, fakta mendasar tentang dunia ini, yang merupakan salah satu dasar pengetesan, dibuat jelas dalam kontroversi antara buah anggur  dan minuman anggur (arak). Buah anggur, suatu benda yang mengandung kelezatan, gizi, dan menyehatkan dapat disaring atau disuling untuk menghasilkan suatu zat yang dapat merusak dengan dampak yang negatif dan permanen. Prinsip yang sama juga berlaku  bagi semua anugerah yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya, seperti kekayaan, uang, kecantikan, kecerdasan, kantor, jabatan dan kedudukan. 
Adalah mungkin untuk menggunakan semua anugerah dengan sikap yang sesuai dengan aturan Allah yang atau untuk tujuan yang bersifat merusak dan destruktif sebagai bentuk pengingkaran terhadap nikmat-Nya.
Sebagaimana yang diketahui, Allah dapat mentransformasikan nikmat apapun, dengan berbagai alasan, menjadi berbagai bentuk penciptaan yang berbeda-beda. Dia dapat menjadikan segalanya begitu jelas dan terang dengan satu ayat yang mengandung nilai hikmah mulia yang serupa. Mereka yang mampu menggunakan akalnya akan mengetahui logika yang terkandung dalam ayat-ayat Allah dan memahaminya. Selain itu, lanjutan ayat,
“….Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan,” (An-Nahl[16]:67), 
memberikan tentang penerangan hal ini.
Singkatnya, ketika ayat tersebut dibacakan dengan penuh kesadaran dan perhatian, dapatlah kita bahwa hal tersebut tidaklah bertentangan sama sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts