Sabtu, 14 April 2012

Hidup di Bawah Panji Al-Qur’an - Tahta Royatil Qur'an

Hingga hari ini, kehidupan umat manusia terus dihadapkan dengan sejumlah kemelut dan persoalan akibat ide dan isme menyesatkan yang dikemas dengan kata-kata indah dan janji yang memukau, tapi ustadz Hasan Banna menyatakan : 

Da’wah kami terbebas dari segala bentuk kepalsuan dan kebohongan. 

Da’wah kami dinaungi oleh kebenaran yang agung, berdasarkan wahyu ilahi yang dipelihara sendiri oleh Allah kebenarannya. 

Dan da’wah kami terbebas dari tamak dan ambisi pribadi dan pengembannya adalah kaum yang berbakti dan berserah diri untuk mengembangkan risalah ini.

Sikap Terhadap Al Qur'an

Sebagai aktivis da’wah, sikap kita terhadap Al-Qur’an haruslah jelas. Kejelasan sikap kita menjadi sangat penting, karena merupakan salah satu ukuran pokok dari keimanan kita kepada Allah SWT. Sikap-sikap itu antara lain: meyakini dan memahami bahwa Al-Qur’an merupakan kitab yang menjelaskan hukum-hukum Allah yang berkaitan dengan halal dan haram, petunjuk menuju kebaikan dan kebahagiaan serta jalan yang lurus. 

Karena itu, salah satu yang harus kita evaluasi adalah apakah kita mau mentaati utusan-Nya, menghormati aturan-aturan-Nya, bersedia melaksanakan hukum-hukum-Nya, menjunjung tinggi kitab-Nya dengan selalu menghalalkan apa yang dihalalkan dan mengharamkan apa yang diharamkanNya. 
Ini semua menjadi penting karena di hadapan kita terdapat tatanan kehidupan yang sama sekali jauh dari ajaran Islam sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan sunnah, baik yang berkaitan dengan pribadi, keluarga, tatanan pemerintah, hubungan luar negeri, undang-undang, pertahanan militer, ekonomi negara dan individu, pendidikan, kebudayaan dan sebagainya.
           
Namun di sisi lain, masjid-masjid yang megah dengan menara yang menjulang tinggi hanya dipenuhi oleh orang miskin dan lanjut usia, mereka laksanakan shalat dengan kehampaan dan jauh dari khusyu serta tidak memiliki  arti hubungan rohani yang mendalam, kecuali hanya sedikit orang yang mendapat petunjuk. 

Begitu juga dengan bulan Ramadhan yang dijadikan sebagai pesta pengangguran dan kemalasan yang di malam harinya menjadi pesta makan dan minum. Sedikit kita dapati orang yang menjadikan Ramadhan sebagai bulan untuk membersihkan jiwa dengan menghayati makna yang hakiki. Atas semua ini, Ustadz Hasan Al Banna menyatakan: 
“Apakah hanya demikian pelaksanaan ajaran Islam yang dikehendaki Allah sebagai rahmat dan anugerah. Dan apakah hanya demikian syari’at yang dibawa Al-Qur’an guna menanggulangi berbagai problema umat manusia?. Apakah begitu prinsip yang ditegakkan Al-Qur’an guna melakukan pembaruan umat manusia?”.

 Pengaruh Barat

Barat yang notabene non muslim dan tidak berpijak pada Al Islam telah memberikan pengaruh pemikiran dan peradaban yang sedemikian besar, termasuk kepada umat Islam. Hal ini mempersulit perkembangan Islam dan umat Islam itu sendiri, apalagi dengan fasilitas dan gaya hidup yang membuat umat ini menjadi terbelenggu. 

Akibatnya, Ustadz Hasan Al Banna mengkhawatirkan lahirnya generasi yang menyimpan dualisme di dalam hatinya, dan tragisnya mereka lebih condong untuk menghantam Islam dan umat Islam. Mereka terus menggiring umat Islam untuk menganut paham Barat, bahkan mereka tidak segan-segan melakukan intimidasi kepada umat untuk mencapai tujuan mereka, meskipun mereka sendiri mengaku muslim.

Tugas Ikhwan

Pemikiran dan peradaban Barat terbukti telah menyeret dunia Islam ke dalam keterbelakangan, malapetaka dan kesesatan. Karena itu, tugas ikhwan adalah membendung arus peradaban materialis dan kebudayaan. Di samping itu, Ustadz Hasan Al Banna menyatakan: 
“Ikhwan harus berjuang, berusaha mengejar dan menyerang peradaban Barat. Kita harus berjuang hingga seluruh penduduk bumi mendengungkan suara Nabi Muhammad Saw dan seluruh dunia mengamalkan ajaran Al-Qur’an”.
 Dibawah panji-panji Al-Qur’an (tahta royatil Qur’an), ustadz Hasan Al Banna mengemukakan beberapa contoh persoalan yang dirujuk pada Al-Qur’an, misalnya :
Pertama, dalam mengatur politik dalam negeri didasari pada firman Allah QS 5:49 yang artinya: Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati, hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu (QS 5:49).
Kedua, dalam mengatur politik luar negeri, Al-Qur’an juga mengaturnya dalam QS 2:143 yang artinya: Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu …(QS 2:143).

Ketiga, dalam menentukan undang-undang negara, Allah berfirman dalam QS 4:65 yang artinya: Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya (QS 4:65).

Keempat, dalam mengatur pertahanan militer, Allah berfirman dalam QS 9:41 yang artinya: Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (QS 9:41)

Kelima, dalam mengatur sistem ekonomi negara Islam, Al-Qur’an menggariskan dalam QS 4:5 yang artinya: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan (QS 4:5).

Keenam, dalam masalah pendidikan dan kebudayaan, Al-Qur’an mendorong penghapusan kebodohan dan kegelapan dengan diturunkannya firman Allah dalam QS Al Alaq ayat 1 yang artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (QS 96:1).

Ketujuh, pengaturan rumah tangga digariskan dengan firman Allah dalam QS 66:6 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu (QS 66:6).

Kedelapan, dalam mengatur individu, orientasinya adalah menjaga kebersihan jiwa dengan keimanan kepada Allah Swt, sebagaimana difirmankan dalam QS 87:14 yang artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (QS 87:14).

Kesembilan, upaya mengayomi kehidupan masyarakat dan bangsa ditegaskan oleh Allah Swt dalam firman-Nya QS 28:7 yang artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi, sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang berbuat kerusakan (QS 28:77).
 Dari penjelasan umum di atas, kita bisa simpulkan bahwa sekurang-kurangnya, ada tiga keuntungan yang akan diperoleh manusia bila hidup di bawah panji Al-Qur’an, yakni terbimbing, mampu mengatasi persoalan dan bersih dari noda dan dosa. 

Dengan kata lain, manakala kehidupan ini telah kita jalani di bawah panji Al-Qur’an, akan terwujud kehidupan yang hasanah di dunia dan hasanah di akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts