Rabu, 01 Februari 2012

Berhati-hatilah Agar Militansi Tetap Terjaga


Berhati-hatilah Agar Militansi Tetap Terjaga

Berhati-hati itu mesti. Untuk mencari selamat maupun menghindari ancaman bahaya. Hati-hati tetap perlu, meski pekerjaan yang kita kerjakan itu kecil, atau bahaya yan terlihat sepele. Bukankah ratusan orang – orang perkasa tewas di gigit nyamuk demam berdarah ? bukankah banyak bangunan kokoh roboh digerogoti rayap rayap kecil .
            Begitu pila menjaga militansi beragama, serta menjaga vitalitas kerja da’wah. Hati hati salah satu kuncinya. Boleh jadi setiap hari kita punya pekerjaan tetap. Saat itu kehati-hatian sebaiknya lebih ditingkatkan. Sebab pekerjaan tetap artinya hampir sebagian besar usia kita terpakai untuk berinteraksi dengan pekerjaan itu. Beberapa pekerjaan tertentu membutuhkan perhatian  dan kehati-hatian lebih. Karena peluangnya untuk merusak militansi memang lebih dari pada yang lain. Ada lima pekerjaan yang harus diwaspadai :


1.    Pekerjaan yang berhubungan dengan uang.
Saat ini, banyak sekali jenis pekerjaan yang berhubungan dengan uang. Sebagai bendahara sebuah organisasi, menjadi bagian keuangan di perusahaan, sebagai pedagang yang mengatur mana uang setoran mana uang untungnya, dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Seorang muslim yang terlibat dengan uang, seharusnya selalu berhati-hati. Sebab, sering terjadi, uang yang diamatinya menjadi virus bagi militansi beragamnya, atau menggoncang vasilitas kerja da’wahnya. Bahkan, tak sedikit ia jadi awal bencana hidupnya. Apalagi bila jumlah uang itu besar. Korupsi dari kelas teri sampai keas kakap sama saja hukumnya, haram. Karenanya, setiap muslim yang banyak berurusan dengan uang harus lebih serius menjaga militansinya, menjaga integritas moralnya, serta sering berdo’a,”ya Allah,jangan engkau jadikan musibah kami adalah dalam urusan agama kami. Dan, jangan engkau jadikan dunia sebagai kemauan utama kami.”

2.    Pekerjaan yang melahirkan popularitas
Ada pekerjaan tertentu yang membuat orang menjadi terkenal, dikagumi,disenangi,dipuja, dan disanjung. Pekerjaan dimaksud bisa jenisnya halal bisa juga haram. Yang, haram tentu sudah kita kubur dan kita buang jauh dari hati kita. Menjadi tokoh masyarakat, tokoh politik, menjadi terkenal lantaran prestasi dan pengabdian, terkenal lantaran kekayaan, terkenal lantaran kesuksesannya, seorang anak muda yang sukuses membangun kekuatan ekonomi mandiri, seorang anak kecil yang kepintarannya jauh melampaui usianya, seorang intelektual yang gagasannya brilian sering di publikasikan, adalah contoh sumber popularitas.
Popularitas kadang dekat dengan riya’. Dan, riya’ merupakan adik kecil dari tekabbur. Bila riya’ di pelihara, ia akan tumbuh menjadi takabbur. Dan, takabbur bisa mengantarkan kepada syirik. Bukankah iblis dilaknat lantaran takabburnya?
Karenanya, siapa yang berurusan dengan popuaritas harus selalu berdo’a agar popularitasnya tak sampai  merusak militansi agamanya, apalagi mengahancurkan ‘karir’ da’wahnya. Untuk menghindari riya’ Rasulullah mengajarkan do’a, “Ya Allah, akuberlindung kepadamu dari menyekutukan Engkau dengan sesuatu yang aku tahu, dan aku mohon ampun atas yang tidak aku tahu. “ (HT.Ahmad dan Thabaran

3.    Pekerjaan yang suasananya ikhtilat.
Budaya masyarakat kita tak semuanya islami. Termasuk dalam bekerja, banyak kaum muslimin yang suasana kerjanya bercampur  baur antara lelaki dan perempuan(ikhtilat). Seorang dokter ytang melayani bermacam pasien, seorang guru yang mengajar siswa dan siswi, seorang dosen yang menguliahi mahasiswa dan mahasiswi, seorang da’i yang obyek da’wahnya wanita, bagian pembinaan putra dalam sebuah organisasi isam yang hampir seiap hari harus rapat dengan bagian pembinaan wanita, seorang pelatih olahraga, seorang direktur yang puna sekretaris perempuan, adalah sebagai contohnya.
Memang, para penganut faminisme sekuler menolak bila wanita di katakan fitnah. Tapi menolak atau tidak menolak itu tak penting bagi kita. Apalagi Rasul Muhammad SAW menegaskan, “berhati-hati lah kalian pada dunia dan terhadap wanita. Karena sesungguhnya, bencana Bani Israil itu mulanya pada soal wanita.” (HR.Muslim). yang lebih penting adalah setiap muslim, baik laki-laki dan perempuan harus menjaga pandangan, tidak bermain api, terus berusaha  mengubah budaya jahiliyah yang  ada dengan budaya islam, serta banyak berdo’a agar militansinya tak hancur. “Ya Allah karuniailah pada jiwa kami kesuciannya. Dan sucikanlah jiwa kami itu, karena engkaulah sebaik-baik yang menucikannya”.

4.    Pekerjaan yang berkaitan dengan Jabatan.
Jabatan termasuk wilayah rawan bagi militansi beragama. Di satu sisi, seorang yang punya jabatan memiliki otoritas tertentu untuk mengurus siapa yang dipimpinnya. Namun di sisi lain orang-orang yang dipimpinnya juga punya hak-hak yang terpenuhi tidaknya kadang tergantung otoritas pejabat dimaksud. Disinilah letak beratnya jabatan. Sebab, tidak mudah menunaikan hak orang, apalagi bila jumlah orang tersebut banyak. Sebab itu mengapa banyak pejabat rusak. Tak sedikit juga orang militansi  beragamanya, atau kinerja da’wahnya melorot tajam setelah miliki jabatan.
Maka seberapa tinggi atau rendahnya jabatan, tetap saja harus di waspadai. Menjadi presiden,menteri,direktur,kepala bagian,pimpinan pesantren,ketua RT,ketua Ta’mir masjid,ketua kelas ataupun jabatan itu, semuaberpeluang menjadi fitnah. Karenanya dalam tradisi ajaran islam, kita dilarang meminta jabatan. Sebab, seperti ditegaskan Rasulullah, banyak jabatan yang nantinya di akhirat hanya akan menjadi penyesalan dan kerugian. Namun, jika jabatan itu harus di ambil, seorang muslim harus banyak memohon keteguhan kepada Allah, “Ya Rabb kami, tuangakanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah  pendirikan kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. “ (QS.Al-Baqarah:250)

5.    Pekerjaan yang terlalu banyak subhatnya
Kadang, seorang muslim sangat terpaksa bekerja di tempat yang penuh dengan subhat. Seperti bekerja di tempat-tempat yang tidak seratus persen halal tapi juga tidak seratus persen haram. Adapun pekerjaan yang seratus persen haram, tak ada jalan lain, harus ditinggalkan, apapun risikonya.
Bagi mereka yang bekerja di tempat-tempat syubhat, harus lebih berhati-hati dan serius menjaga militansi beragamanya. Sebab, godaan di tempat itu jadi lebih berat dari godaan di tempat lain. Dengan terus berusaha mencari tempat bekerja yang lebih bersih, ia tak boleh lupa berdo’a kepada Allah, agar mendapat rezeki yang halal dan baik. “ Ya Allah cukupkan kami dengan  yang Engkau halalkan dari yang Engkau haramkan. Dan ketaatan pada-Mu dari berma’siat kepada-Mu. “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts