Para nabi dan rasul-rasul utusan Allah juga berkarya, berprestasi, beramal dan menanam kebaikan selama hidup mereka di dunia. Itu tidak sekadar bagian dari misi kenabian. Tapi juga wujud kepedulian sosial serta rasa empati kemanusiaan yang amat dalam dari orang-orang pilihan itu.
Nabi Yusuf menanam kebaikan untuk kerajaan dan rakyat mesir. Ia membantu urusan-urusan keuangan negeri itu. Kemampuan dirinya ia sampaikan dengan terus terang. Padahal sebelumnya ia di perlakukan dengan tidak manusiawi. Ia dipenjara untuk sebuah fitnah yang kejam.
Ia juga menanam kebaikan untuk keluarga besarnya. Untuk saudara-saudara tirinya. Meski ia dahulu dianiaya dan di sia-siakan. Saat mereka tertimpa paceklik dan menukar barang-barang yang mereka miliki dengan gandum, Yusuf dengan tulus memberi gandum tanpa transaksi jual beli. Bahkan kemudian semua keluarga dan saudara-saudara tirinya ia boyong ke kerajaan.
Nabi Musa juga banyak menanam kebaikan sosial. Suatu hari ia lewat di tengah padang pasir di kota Madyan. Di sana ada sumur. Dari mata air sumur itu para penggembala memberi minum ternaknya. Di belakang kerumunan orang-orang itu ada dua wanita yang terdiam termangu. Rupanya keduanya adalah putri Nabi Syu`aib. Ia tidak bisa turut mengambil air. Keduanya baru menunggu setelah para penggembala itu pergi. Begitulah hari-hari kedua wanita itu mereka lewati. Setelah mengetahui hal itu dari kedua putri itu, Musa menerobos kerumunan itu, lalu mengambilkan air. Atas kebaikannya itu, Nabi Syu`aib menikahkan Musa dengan salah satu wanita tersebut.
Nabi Zakariya juga berkarya. Seperti sabda Rasulullah, dari Abu Hurairah, yang di riwayatkan oleh Imam Muslim, profesi Nabi Zakariya adalah tukang kayu. Selain itu, ia juga menanam kebaikan dengan memelihara Maryam anak Imran. Ia asuh dengan bimbingannya, Ia pelihara dalam penjagaannya. Ia letakkan Maryam di atas mihrab yang terlindung.
Nabi Dawud alaihisalam, punya prestasi yang sangat terkenal. Ayah Nabi Sulaiman itu terkenal dengan kemandiriannya yang luar biasa. Nabi Dawud selalu mencukupi kebutuhan hidupnya dari tangan dan keringatnya sendiri. Seperti dikisahkan Rasulullah, dalam hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Dawud tidak pernah makan kecuali dari hasil usahanya sendiri.
Prestasi Nabi Isa juga tak kalah mulianya. Sekaligus sebagai tanda kenabiannya, atas izin Allah, ia menyembuhkan berbagai penyakit. Dari orang yang sopak sampai orang yang buta. Ia juga di kenal sangat berbakti kepada Ibunda tercintanya, Maryam yang suci.
Nabi-nabi yang lain juga demikian. Prestasi-prestasi mulia mereka tak terhingga. Terlebih Rasul kita, Muhammad SAW. Cukuplah pujian Allah sebagai bukti, “Sesungguhnya engkau benar-benar berada dalam akhlaq yang terpuji.”
Yang pasti, seperti kata Rasulullah, semua Rasul Allah punya profesi yang sama : sebagai penggembala kambing. Semua karya dan prestasi itu telah terukir dalam sejarah. Ia kini menjadi pelajaran bagi siapa pun. Ia adalah kaca-kaca amal yang tak pernah berdebu. Ia adalah cermin-cermin prestasi yang tak pernah retak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar