Adalah fakta, bahwa para
sahabat dimenangkan Allah karena militansi mereka. Meski bukan berarti
mereka mengabaikan kekuatan materiil atau fisik. Sepuluh jejak militansi mereka
berikut ini semestinya kita ikuti. Karena jalan kemenangan umat islam hari ini
tak lain harus jalan kemenangan para sahabat itu juga.
1. Jagalah keikhlasan dan kemurnian orientasi perjuangan hanya karena Allah.
- Para sahabat sangat serius memelihara kebersihan niat mereka dalam berjuang. Seperti dalam perang khaibar. Saat itu kaum muslimin mendapat ghaminah yang kemudian dibagi pada semua kaum muslimin. Seorang Arab Badui pun mendapat bagiannya. “Apa ini?” katanya. “Ini bagianmu dari harta ghanimah yang diberikan Nabi,”jawab yang memberikan. “Aku datang kemari bukan ingin memperoleh barang-barang ini, aku datang kesini untuk mendapat lemparan kesini (sambil menunjukkan lehernya) oleh panah musuh, lalu aku mati dan aku masuk surga, “jawab Badui itu.
- Mendengar perkataan itu Rasul bersabda, “Jika engkau benar menginginkan mati syahid untuk masuk surga, niscaya Allah akan mengabulkan keinginanmu itu.”Ternyata benar. Dalam sebuah peperangan,orang Badui itu dibawa kehadapan Rasulullah dalam kondisi meninggal dunia. Bagian leher yang pernah ditunjuknya betul-betul terkena lemparan panah.
- Rasul berkata, “Dia benar kepada Allah, maka Allah pun membenarkannya.”Nabi lalu mengkafaninnya dengan kain jubahnya sendiri dan menyolatkannya. Dalam do’a nya, Rasulullah mengatakan, “Ya Allah, ya Tuhanku, ini hamba-Mu yang telah keluar berhijrah di jalanmu, dia telah gugur di medan perang sebagai syahid, dan aku menjadi saksinya.’’ (Al-bidayah wan nihayah,4/191)
- Para sahabat sangat memelihara ketaatan mereka terhadap apa yang dilakukan dan diperintahkan Rasulullah. Abu bakar RA pernah meminta pendapat para sahabat Rasulullah dalam memerangi para murtaddin yang menolak membayar zakat. Ketika itu Umar menyanggah dengan mengatakan, “Ya khalifah Rasulullah, biarkanlah orang-orang yang shalat tapi mereka tidak membayar zakat. Toh kalau iman telah masuk ke dalam hati mereka, pasti mereka juga akan membayar zakat.’’ Abu Bakar berkata, “ Demi Allah, jatuh dari langit lebih aku sukai dari pada aku meninggalkan sesuatu yang Rasulullah perangi.’’
- Lain lagi dengan Muhammad bin Aslam. Salah seorang sahabat yang sudah berusia lanjut inibercerita, suatu ketika ia datang ke Madinah untuk membeli sesuatu di pasar, lalu pulang kembali ke ruumahnya di luar kota Madinah.. Baru saja meletakkan sorbannya, ia teringat belum shalat dua rakaat dimasjid Rasulullah SAW. Ia tahu Nabi pernah bersabda,” Siapa saja yang menginjakkan kaki di kota ini, jangan ia pulang kerumahnya sebelum shalat di masjid ini dua raka’at.” Maka segera ia ambil sorbannya dan kembali ke Madinah.
- Bukan hanya mereka, Ahmad dan Bazzar meriwayatkan sikap Ibnu Umar dalam suatu perjalanan di Madinah. “Kami pernah pergi bersama Ibnu Umar. Ketika melewati suatu tempat, dia berjalan menyimpang dengan cara memisahkan diri. Ketika hal itu ditanyakan,dia menjawab, “Aku pernah melihat Rasulullah berbuat seperti yang kuperbuat ini.”
- Para sahabat sangat serius membersihkan diri dari segala penyakit hati. Karena penyakit itu dapat merusak nilai perjuangan mereka di hadapan Allah SWT. Seorang sahabat bernama Utsman bin Abi Al-Ash menikahi salah satu wanita dari keluarga Umar bin Khattab. Ia mengatakan, “Demi Allah saya menikahi dia bukan lantaran menginginkan hartanya, dan bukan menginginkan anak. Tapi saya ingin aga ia dapat memberi tahu padaku tentang malam-malam Umar.”
- Dari istrinya itulah, Utsman mengetahui bahwa Umar selalu shalat pada sepertiga malam pertama. Lalu meminta anak perempuannya itu agar meletakkan wadah air di samping kepalanya. Setelah itu ia berulang kali mengigau dari tidurnya, memasukkan tangannya kedalam air dan membasuh wajah dan tangannya, setelah itu ia berdzikir kepada Allah sesukanya (sambil tetap tertidur). Itu terus terjadi sampai datang waktu ia melakukan shalat malamnya pada malam itu.
- Sementara itu Utsman bin Affan selalu menjaga kebersihan hati dengan membaca Al-Qur’an. Ia berkata, “Sesungguhnya aku sangat membenci bila ada satu hari aku tidak melihat mushaf.”
- Para sahabat sangat berhati-hati terhadap kenikmatan duniawi yang diyakini dapat menggelincirkan mereka dari keikhlasan. Inilah yang diwasiatkan Miqdad bin Abu Waqqash, “Kami memang kaum yang sering ditimpa kepahitan hidup dan kesusahan di Makkah bersama dengan Rasulullah saw. Maka, apabila kami mendapat musibah kami sudah biasa menghadapinya dan kami insya Allah bersabar. Aku bersama Rasulullah saw di Makkah pernah di boikot selama tiga tahun. Suatu ketika aku ingin kencing, lalu aku merasa di bawah kakiku ada sesuatu yang menyebabkan percikan air kencingku. Ternyata itu kulit unta yang sudah basah dengan kencing. Aku membasuhnya, lalu aku membakarnya di antara dua belah batu, dan aku mengunyahnya sambil meneguk air. Dengan itu badanku menjadi kuat selama tiga hari.”
- Thabrani memberitakan dari Anas,”Ada tujuh orang sahabat Rasulullah yang karena kelaparan mereka menghisap dan memakan dedaunan sampai bibir mereka pecah-pecah.”
- Setelah masuk islam, para sahabat tegas menyatakan perlawanan terhadap siapa pun yang memusuhi Islam. Meski untuk itu mereka harus berhadapan dengan sesuatu yang tidak dia inginkan. Abu Ubaidah bi Jarrah, berperang melawan ayahnya dalam perang Badar.
- Qatadah berkata behwa Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar melakukan shalat di Makkah dan Mina dua raka’at. Akan tetapi Utsman melakukan shalat empat raka’at. Ketika Ibnu mas’ud mandengar hal itu, ia mengulangi shalatnya dan melakukannya lagi sebanyak empat raka’at. “Kenapa engkau mengulangi shalat dan melakukannya lagi sebanyak empat raka’at?” tanya orang-orang yang ada di dekatnya. Ibnu Mas’ud menjawab singkat, “Sesungguhnya perselisihan itu buruk.”
- Komitmen menjaga persatuan juga ditandaskan oleh Ali bin Abi Thalib ra, “Sesungguhnya aku membenci perselisihan. Aku ingin ummat ini bersatu dan memiliki sebuah jama’ah, atau (kalau tidak) aku ingin mati sebagaimana matinya para sahabatku terdahulu.”
- Rasulullah pernah bersabda, ”Kamu tidak akan selamat hanya oleh amalmu belaka.” Mendengar hal itu para sahabat bertanya, “Apakah ini juga berlaku pada diri engkau, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Ya, akupun demikian, kecuali Allah melingkupiku dengan rahmat-Nya. Maka berlaku benarlah, saling mendekatlah, beramallah pada waktu pagi dan sore hari dan sebagaian dari waktu malam, niscaya engkau akan sampai ke tujuan.” (HR. Bukhari dan Muslim.)
- Abdullah bin Mas’ud memberi penjelasan lebih gamblang tentang masalah ini tatkala ia menerangkan pengaruh mengikat dosa dan tidak melalaikan kesalahan. “Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosanyaseperti seorang yang sedang duduk di bawah gunung lalu ia takut gunung itu akan runtuh menimpanya. Sedangkan orang yang fajir (duraka) melihat dosanya sebesar lalat yang lewat di depan hidungnya. Lalu ia dengan santai menghalaunya.” (HR.Bukhari)
- Sa’ad bin Abi Waqqash ra mengatakan, “Aku melihat saudaraku Umair bin Abi Waqqash menemui Rasulullah agar diizinkan ikut perang Badar sambil jinjit. Aku katakan, kenapa kamu wahai saudaraku ?” Ia mengatakan, “Sesungguhnya aku takut bila Rasulullah melihatku dan ia menganggapku kecil lalu ia menolakku. Aku ingin keluar berjihad semoga Allah memberi rezeki syahadah kepadaku. Akhirnya Sa’ad syahid dalam perang Badar dalam usianya yang masih sekitar enem belas tahun.
- Iyash Al Asy’ari bercerita, “Aku ikut perang Yarmuk. Dalam pasukan kami ada lima orang yang layak menjadi komandan. Jika terjadi pertempuran yang akan diangkat komandan adalah Abu Ubaidah. Lalu kami menulis surat pada Abu Bakar yang isinya meminta tambahan pasukan. Lalu Abu Bakar membalasnya, “Surat kalian sudah sampai ketanganku. Kutunjukkan siapa yang lebih hebat dan yang lebih dekat, dialah Allah. Maka mohonlah bantuan pada-Nya. Dengan itu pula umat Muhammad mendapat kemenangan di Badar, sekalipun jumlah mereka lebih sedikit dari jumlah kalian.
- Ibrahim bin Harits At Taimi ra mengatakan, “Nabi saw memberangkatkan kami dalam satu pasukan perang. Beliau memerintahkan agar setiap petang kami membaca ayat Al-Qur’an, “Apakah kalian mengira kami menciptakan kalian secara sia-sia?” Kami senantiasa membacanya hingga meraih kemenangan.
- Abu Darda penah bercerita, “ Ketika aku duduk di sisi Rasulullah, muncul Abu Bakar sambil memegang ujung kain mantelnya hingga kedua Lututnya kelihatan. Rasulullah saw berbisik, “Sahabatmu baru saja bertengkar.” Setelah mengucapkan salam Abu Bakar berkata, “Aku punya masalah dengan Umar. Aku segera menemuinya dan menyatakan penyesalanku. Aku juga memintanya untuk memaafkan aku, namun dia tidak mau. Karena itu aku datang menemuimu.”
- “Semoga Allah mengampuni kesalahanmu wahai Abu Bakar,” kata Rasulullah sampai tiga kali. Tanpa diduga, ternyata Umar juga menyesal atas sikapnya. Ia hendak menemui Abu Bakar. Karena Abu Bakar tak ada di rumah, Umar pergi menemui Rasulullah. Ketika melihat kedatangan Umar, wajah Rasulullah langsung bersemu merah. Umar lalu berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah aku telah berbuat zalim sebanyak dua kali.”
- Rasulullah kemudian berkata, “Dulu Allah mengutusku, kalian mendustakan aku, sementara Abu Bakar membenarkan aku, menolongku dengan jiwa dan hartanya. Apakah engkau tega menyakiti sahabatku ini hingga dua kali ?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar