Ambon. Diusianya yang masih sangat belia, Gayatri Wailissa (17 tahun) telah menunjukkan diri sebagai sosok remaja yang luar biasa. Gayatri menguasai 14 bahasa asing yakni, Inggris, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, Arab, Jerman, Prancis, Korea, Jepang, India, Rusia, Thailand dan Filipina.
Gayatri juga memiliki bakat dan prestasi dalam banyak bidang lain. Di waktu luangnya, Gayatri aktif diberbagai bidang, di antaranya instruktur teater, penyiar radio, penerjemah bahasa, dan bahkan menulis berbagai karya sastra. Ia juga pernah meraih medali perunggu dalam Olimpiade Sains Astronomi 2012.
Gayatri menjadi wakil Indonesia untuk Duta Anak tingkat ASEAN. Ia bahkan menjadi delegasi tunggal Indonesia yang mewakili Konferensi ASEAN tahun 2012 di Thailand dan delegasi tunggal (anak) Indonesia dalam konferensi ASIA-Pasifik tahun 2013 di Nepal.
Di konferensi tersebut, Gayatri kerap mempresentasikan isu-isu dan solusi terkait permasalahan anak.
Ada pengalaman unik saat Gayatri mewakili Indonesia dalam Convention on the Right of the Child (CRC) atau Konvensi Hak-Hak Anak tingkat ASEAN di Thailand.
Dalam forum tersebut kebanyakan pesertanya hanya menggunakan bahasa asalnya saat berbicara. Melihat keadaan ini Gayatri lalu menawarkan diri untuk menjadi penerjemah bagi anak-anak lain. Berkat aksinya ini, Gayatri mendapat apresiasi dari peserta lain dan ia mendapatkan gelar doktor.
Berkat kemampuannya berbahasa asing dan berbagai prestasinya, Gayatri mendapat banyak tawaran beasiswa untuk belajar di luar negeri. Ia juga mendapatkan berbagai tawaran untuk bekerja di beberapa organisasi dunia termasuk PBB.
Si Anak Ajaib itu kini telah tiada. Ia meninggal dunia di RS Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, 24 Oktober 2014.
Sebelum meninggal, ternyata Gayatri sedang dalam pendidikan Badan Intelijen Negara (BIN) di Jakarta.
Ayah Gayatri Dedi Wailissa mengakui, anak sulungnya sudah mengikuti pendidikan selama tiga bulan. Dalam pelatihan itu, Gayatri mendapat pendidikan berenang, kungfu, menembak, dan juga menyetir.
“Sebelum meninggal, di lapangan olah raga, dia merasa pusing saja, dan kemudian ditawari minum teh manis. Tapi, sebelum minum teh manis, dia langsung tak sadarkan diri,” kata ayah Gayatri, Dedi, di Aula Kodim sesaat sebelum dia dibawa ke Taman Makam Bahagia Ambon, Sabtu 25 Oktober 2014.
Selama mengikuti pendidikan BIN, Gayatri dipantau langsung oleh Kasad TNI-AD, Panglima TNI, dan juga sejumlah perwira TNI lainnya.
Menurut Dedi, sebelum dilarikan ke rumah sakit, Gayatri juga sudah mengagendakan bertemu dengan Presiden Joko Widodo. “Dia meninggal di hari kelahirannya, dan kami sudah ikhlaskan almarhumah,” kata ayah tiga anak ini.
Jenazah Gayatri tiba di Bandar Udara Pattimura pada pukul 07.20 waktu setempat. Jenazahnya langsung dijemput oleh Tim Detasemen Markas (Denma) Kodam XVI Pattimura. Almarhumah langsung dishalatkan di Masjid Al Fatah Ambon, dan kemudian disemayamkan di aula Kodim. (viva/sbb/dakwatuna)
Sumber:
http://www.dakwatuna.com/2014/10/25/58926/gayatri-si-anak-ajaib-yang-menguasai-14-bahasa-asing-itu-telah-tiada/#axzz3H9wxkpmO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar