Oleh : Ust Anis Matta,LC.
Seseorang tidak menjadi pahlawan karena ia melakukan pekerjaan pekerjaan kepahlawanan sepanjang hidupnya. Kepahlawanan seseorang biasanya mempunyai momentumnya. Ada potongan waktu tertentu dalam hidup seseorang dimana anasir kepahlawanan menyatu padu. Saat itulah ia tersejarahkan.
Tapi kita tidak mengetahui kapan datangnya momentum itu. Yaitu kematangan pribadi dan peluang sejarah. Simaklah Firman Allah SWT :
- “ Maka ketika ia sampai pada kematangannya, Kami beri kekuasaan dan ilmu pengetahuan.” ( QS. Al Qoshosh : 14 ).
Usaha manusiawi yang dapat kita lakukan adalah mempercepat saat saat kematangan pribadi kita. Ini jenis kerja kapitalisasi asset kesejarahan personal kita. Yang kita lakukan di sini adalah mengumpulkan sebanyak mungkin potensi dalam diri kita, mengolahnya dan kemudian mengkristalisasikannya. Dengan cara begini kita memperluas “ ruang keserbamungkinan “ dan sedikitnya membantu kita menciptakan peluang sejarah. Atau, setidak tidaknya mengantar kita untuk berdiri di pintu gerbang sejarah.
Para pahlawan mukmin sejati tidak pernah mempersoalkan secara berlebihan masalah peluang sejarah. Kematangan pribadi seperti modal dalam investasi. Seperti apapun baiknya peluang Anda, itu tidak berguna jika pada dasarnya Anda memang tidak punya modal. Peluang sejarah hanyalah ledakan keharmonisan dari kematangan yang terabadikan. Seperti keharmonisan antara pedang dan keberanian dalam medan perang, antara kecerdasan dan pendidikan formal dalam dunia ilmu pengetahuan. Tapi jika Anda harus memilih salah satunya, maka pilihlah keberanian tanpa edang dalam perang, atau kecerdasan tanpa pendidikan formal dalam ilmu. Selebihnya, biarlah itu menjadi wilayah takdir di mana Anda mengharapkan datangnya sentuhan keberuntungan.
Kesadaran semacam ini mempunyai dampak karakter yang sangat mendasar. Para pahlawan mukmin sejati bukanlah pemimpi di siang bolong atau orang orang yang berdo’a dalam kekosongan dan ketidakberdayaan. Mereka adalah para petani yang berdo’a di tengah sawah, para pedagang yang berdo’a di tengah pasar, para petarung yang berdo’a di tengah kecamuk perang. Mereka mempunyai mimpi besar, tapi pikirannya tercurahkan sepenuhnya pada kerja. Sekali kali mereka menatap langit untuk menyegarkan ingatan pada misi mereka. Tapi setelah itu mereka menyeka keringat dan kemudian bekerja kembali.
Wilayah kerja adalah lingkaran realitas, sedangkan wilayah peluang adalah ruang keserbamungkinan. Semakin luas luas pijakan kaki kita dalam lingkaran kenyataan, semakin besar kemampuan kita mengubah kemungkinan menjadi kepastian, mengubah peluang menjadi pekerjaan, mengubah mimpi menjadi kenyataan.
Berjalanlah dengan mantap menuju rumah sejarah. Kalau engkau sudah sampai di depan pintu gerbangnya, ketuklah pintunya dan bacakan pada penjaganya puisi Khairil Anwar :
- Aku
Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau.
Tarbawi Edisi 12 Th. II 30 September 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar