Sabtu, 19 Juli 2014

Perjalanan Jonru, Terlahir Kristen Kini Bersama Tarbiyah


Perkenalkan, Saya Jonru
Pemilu 2014 menyebabkan fan page Jonru diserbu banyak likers baru. Dalam sehari, penambahannya bisa mencapai 5.000 hingga 7.000-an. Bahkan pernah di atas angka 8.000. Ini benar-benar di luar perkiraan saya, sama sekali tak pernah menduga.
Banyak likers baru itu yang sebenarnya belum mengenal saya. Mereka mungkin hanya tertarik membaca posting-posting seputar capres yang dimuat di sini. Bahkan banyak yang mengira Jonru bukan nama orang. Mungkin merek produk apa, gitu, hehehe....
Karena banyak yang belum kenal itulah, tak ada salahnya saya memperkenalkan diri. Seperti kata peribahasa, "Tak kenal maka tak sayang."
* * *
Jonru adalah nama pena saya. Dan karena saya orang Karo (sering juga disebut Batak Karo), maka tentunya saya punya marga: Ginting. Makanya di sejumlah social media, saya pakai nama Jonru Ginting.
Nama asli saya adalah Jon Riah Ukur Ginting. Entah kenapa, saya kurang pede dengan nama ini. Merasa lebih sreg dengan nama Jonru.

Jumat, 18 Juli 2014

Pengertian Margin Error Quick Count Perlu Diluruskan


Tanggal 9 Juli kemarin merupakan hari yang paling ditunggu-tunggu oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Bukan karena hari kemarin adalah hari libur, namun karena hari itu akan menjadi hari bersejarah. Kita semua begitu menanti-nanti siapa calon presiden yang akan memimpin indonesia 5 tahun ke depan. Biasanya setelah melaksanakan ‘pencoblosan’, kita dapat mengetahui siapa yang akan menang, dua sampai tiga jam setelahnya melalui quick count (hitung cepat). 
Selama ini kita percaya dan mendewa-dewakan hasil quick count bahkan jika hasil KPU kurang sesuai, maka KPU dianggap curang. Aneh bukan? Yang berlaku demikian tidak hanya rakyat awam, para politisi pun bertingkah percaya berlebihan kepada hasil quick count. Buktinya, kedua pasangan calon telah mendeklarasikan kemenangan bahwa mereka adalah presiden versi quick count.
Di media beberapa televisi terjadi perdebatan metodologi bagaimana quick count dilaksanakan. Sebagian lembaga mengklaim bahwa metode mereka lah yang paling memenuhi kaidah statistik. Sementara lembaga lainnya salah. 

Popular Posts