Park Ji-young (22), awak kapal feri Sewol |
Seoul. Beberapa korban selamat di kapal terbalik Sewol di Korea Selatan tak akan pernah melupakan jasa seorang awak kapal perempuan. Sebab karenanya mereka terselamatkan.
Namun, tragisnya, mereka berutang nyawa. Si cantik yang menyelamatkan mereka justru meninggal dunia
Dilansir dari Korea Herald, Jumat (18/4/2014), awak kapal cantik itu bernama Park Ji-young. Usianya 22 tahun, masih terlalu muda untuk mati.
Ji-young dilaporkan bertindak profesional saat Kapal Sewol yang mengangkut 476 orang terbalik dan karam ketika menempuh rute Incheong-Pulau Jeju, Rabu 16 April 2014 lalu. Ia berjuang untuk memastikan semua penumpang di dek ketiga dan keempat Sewol, mengenakan jaket dan menemukan jalan keluar.
Berawal dari jeritan minta tolong ketakutan para penumpang Sewol, Park disebutkan mendatangi mereka satu per satu, ia lalu mengarahkan mereka yang berlarian mencari jalan keluar dari kapal itu. ‘Pahlawan cantik’ itu membantu beberapa penumpang kapal menyelamatkan diri, dari bencana maritim terburuk di negara itu sejak tahun 1993.
Ia bahkan tak mempedulikan kondisinya yang tak sama sekali mengenakan jaket penyelamat. “Saya berulang kali bertanya mengapa dia tidak menjadi orang pertama yang memakai jaket pelampung. Park hanya mengatakan dia akan keluar dari kapal, setelah memastikan semua penumpang keluar. Park mengatakan ‘kru termasuk aku akan menjadi yang terakhir (untuk menyelamatkan diri)’,” kata salah satu korban selamat kepada media.
“Park mendorong penumpang yang shock menuju pintu keluar, bahkan ketika air telah mencapai dadanya,” jelas Kim Jong-hwang, korban selamat berusia 58 tahun yang ingat betul upaya evakuasi Park.
Sebagai orang yang tahu betul seluk beluk kapal Sewol, Park pun mencoba mengarahkan para penumpang untuk keluar dari jalur yang diberitahunya.
“Ketika kapal terbalik, penumpang ditempatkan sebuah pintu. Salah satu dari mereka jatuh, dan Park menyeret penumpang keluar, dan mendorong orang lain keluar dari dalam kapal,” beber Kim.
Jeong Cha-woong, mahasiswa 17 tahun yang juga diselamatkan Park menyebutnya sebagai pahlawan. “Dia meninggal setelah memberikan rompi penyelamatnya sendiri untuk teman-teman yang tenggelam, dan menyelam ke dalam air untuk menyelamatkan orang lain,”ungkapnya.
Ketika jenazah Park tiba di rumah sakit, ibunya pun menyambut dengan sedih. ” Aku tidak percaya kau meninggalkan kami,” teriak si ibu histeris mendapati putrinya tak lagi bernafas.
Park bergabung dengan perusahaan feri itu pada tahun 2012. Ia bekerja untuk membantu keluarganya. Meskipun ia masih kuliah di sebuah perguruan tinggi di Provinsi Chungcheong Selatan tahun itu. (Elin/liputan6/sbb/dakwatuna)
Sumber:Kisah tragis tenggelamnya Kapal Sewol dengan korban ratusan siswa SMA
Sejumlah kapal dan helikopter penyelamat segera bergegas memberikan pertolongan begitu diterima kabar pada Rabu 16 April 2014 bahwa sebuah kapal ferry yang mengangkut ratusan orang yang kebanyakan siswa SMA tenggelam. Kronologi tenggelamnya kapal ferry bernama Sewol itu diawali saat kapal itu miring beberapa waktu namun secara perlahan dia mulai masuk ke kedalaman laut di lepas pantai barat daya Korea Selatan.
Kisah tragis rtenggelamnya kapal Sewol di Korea SelatanMenurut laporan awal CNN, di kapal tersebut terdapat 474 orang sementara jumlah korban selamat dan korban hilang masih simpang siur. Laporan terakhir diterima Kamis malam dari penjaga pantai timur Korea Selatan menyebutkan jumlah korban terdata 25 orang tewas, 179 selamat, dan 270-an orang
Adalah Sewol nama kapal ferry tersebut. Kapal ini membawa 447 penumpang dan 27 awak. Sekitar 320 orang di antara penumpang adalah siswa sekolah menengah yang berangkat dari kota pelabuhan Incheon, di Seoul barat, untuk perjalan empat hari ke pulau wisata Jeju.
Pada sekitar pukul 09.00 waktu setempat, ferry mengirimkan panggilan darurat pertama. Saat itu kapal diwartakan sudah mulai miring.
Seorang siswa yang berhasil diselamatkan, Lim Hyung Min, mengatakan kepada televisi YTN yang merupakan jaringan CNN bahwa ia mendengar benturan keras. Ferry mulai tenggelam setelah itu. Semua orang diperintahkan untuk mengenakan jaket pelampung dan melompat, katanya. Lim mengatakan ia melompat ke laut sebelum berenang ke kapal penyelamat. “Saya harus berenang sedikit untuk sampai ke kapal agar diselamatkan,” katanya. “Air sangat dingin dan saya ingin hidup.”
Saat kru penyelamat berusaha mati-matian untuk menyelamatkan para penumpang, ferry itu perlahan-lahan miring pada salah satu sisinya. Setelah beberapa waktu, ferry berbobot 6.800 ton itu pun tenggelam. Hanya lambungnya yang berwarna putih dan biru saja yang tetap di atas air.
Tak bisa menolong
Seorang penumpang bernama Kim Seung Mok mengatakan bahwa, meskipun ia dan sejumlah orang lain telah berupaya, ia tidak bisa menolong beberapa penumpang di salah satu dek. “Saya bertahan sampai saat terakhir untuk menyelamatkan orang-orang di lorong,” kata Kim kepada YTN. “Namun air datang begitu cepat (sehingga) beberapa orang tidak bisa keluar.”
Awalnya, feri ini melepas jangkar untuk penyeberangan rutin di lautan tenang menuju sebuah pulau resor, Rabu (16/4/2014) pagi. Beberapa penumpang pun sedang menikmati sarapan dengan tenang sampai ledakan keras mengguncang kapal.
Dalam waktu singkat, ratusan penumpang feri yang sebagian di antaranya adalah remaja berhadapan dengan pilihan sulit, mematuhi perintah yang terdengar dari pengeras suara untuk tetap berada di lokasi saat itu pada saat air mulai masuk ke kapal, atau mengenakan rompi pelampung dan melompat ke air dingin di perairan Korea Selatan.
Penumpang yang memilih melompat ke air atau berhasil mencapai puncak kapal sebagian telah diselamatkan. Helikopter menjemput penumpang yang ada di dek kapal, sementara itu penumpang yang terapung di lautan diselamatkan kapal nelayan dan kapal militer yang bergegas mendatangi lokasi tenggelamnya kapal.
“Saya harus berenang sedikit untuk sampai ke perahu untuk diselamatkan,” tutur Lim Hyung-min, satu dari 300 siswa SMA Seoul yang menumpang kapal untuk mengikuti perjalanan 4 hari, seperti dikutip dari CNN. “Air begitu dingin dan aku ingin hidup.”
Hingga Rabu malam, pejabat tanggap darurat yang dikutip YTN, menyebutkan, enam orang tewas dari insiden ini. Kantor berita Yonhap hingga Kamis (17/4/2014) dini hari menyebut, baru empat yang dipastikan meninggal.
Tetapi berita berikutnya menyebutkan setidaknya 164 orang sudah diselamatkan, atau menurut beberapa versi media lokal sudah 179 orang. Namun, sekitar 300 orang masih hilang. Penyelamatan besar-besaran digelar setelah penundaan selama beberapa jam, Kamis pagi waktu setempat, sebagaimana pernyataan penjaga pantai Korea Selatan kepada CNN.
Puluhan penyelam militer, pelaut, marinir, dan polisi terjun dalam operasi penyelamatan ini. Namun, dinginnya air, derasnya arus, dan rendahnya jarak pandang menyulitkan operasi penyelamatan. Saat ini suhu air di lokasi kapal tenggelam itu berkisar antara 10 sampai 13 derajat celsius.
Yonhap melaporkan, penyelam dari Angkatan Laut Korea Selatan sudah menggeledah tiga kompartemen, tetapi tak menemukan korban selamat ataupun meninggal. Kapal Perang USS Bonhome Richard milik Angkatan Laut Amerika Serikat yang melakukan patroli rutin di kawasan tersebut mengalihkan rute untuk turut membantu pencarian korban kapal ini.
“Republik Korea sudah melakukan pekerjaan besar dalam upaya penyelamatan,” kata Letnan Arlo Abrahamson, juru bicara Angkatan Laut AS di Korea Selatan, Rabu.
Adapun Direktur Khusus di Woods Hole Oceanographic Institution David Gallo mengatakan, pencarian harus bisa mengatasi segala kendala. “Ini situasi yang benar-benar positif mengerikan,” ujar Gallo. “Ini mimpi buruk.”
Satu goyangan dan meledak
Kisah tragis rtenggelamnya kapal Sewol di Korea Selatan
Kapal mengalami masalah pada Rabu sekitar pukul 09.00 waktu setempat atau pukul 07.00 WIB, dalam perjalanan menuju Jeju, pulau resor yang kerap disebut sebagai Hawai-nya Korea. Kim Sung-mook, salah satu penumpang, mengatakan kepada YTN bahwa dia sedang sarapan ketika merasa feri mulai miring.
Lalu, tutur Kim, seseorang mengumumkan, para penumpang diminta untuk tetap berada di tempat masing-masing karena berbahaya bila mereka bergerak pada saat itu. Namun, tak berselang lama, Kim mengatakan, terdengar suara ledakan.
Lim, salah satu siswa SMA Seoul yang selamat, mengatakan kepada YTN bahwa dia mendengar ledakan sebelum kapal mulai miring. Kapal pun lalu terguncang, ujar dia, untuk kemudian tak lagi seimbang. “Para siswa jatuh dan menabrak sesuatu lalu berdarah-darah.”
Pilihan yang diambil Lim adalah mematuhi perintah untuk tetap berada di tempatnya sampai kapal penyelamat tiba, memakai rompi pelampung, dan melompat ke air. “Air, tak tertahankan dinginnya.”
Penyebab tenggelamnya kapal ini belum diketahui. Kapal feri tersebut terbalik hanya dalam waktu dua jam sejak panggilan darurat pertama dikirimkan, tepat sebelum pukul 09.00 waktu setempat, menurut laporan Yonhap.
Pensiunan kapten kapal pasukan penjaga pantai Amerika Serikat, Peter Boynton, mengatakan, cepatnya kapal tenggelam memperlihatkan ada dugaan kerusakan besar yang dialami feri itu. Bila ada kerusakan di dek kendaraan di dalam feri, air akan dengan cepat membanjiri kapal.
Jumlah korban terakhir
Kisah tragis tenggelamnya Kapal Sewol dengan korban ratusan siswa SMA
Salah satu korban selamat
Kisah tragis tenggelamnya Kapal Sewol dengan korban ratusan siswa SMA
Hingga malam pencarian terus dilakukan
Kisah tragis tenggelamnya Kapal Sewol dengan korban ratusan siswa SMA
Beberapa saat setelah kapal mulai miring
Kisah tragis tenggelamnya Kapal Sewol dengan korban ratusan siswa SMA
Sesaat sebelum tenggelam
Pada Kamis 17 April 2014 malam upaya penyelamatan pun terus dilakukan. Penjaga pantai timur Korea Selatan menyebutkan jumlah korban terdata bawah 25 orang tewas, 179 selamat, dan 270-an orang belum ditemukan. Harapan masih ada korban selamat terhadang cuaca buruk di lokasi kecelakaan.
Otoritas Korea Selatan masih berkeyakinan ratusan penumpang yang masih hilang mayoritas adalah pelajar SMA yang mengikuti kunjungan lapangan, terperangkap di dalam kapal lima lantai itu. Masih tersimpan harapan sebagian penumpang tersebut selamat.
Akhir dari tragedi pelayaran ini masih belum dapat dipastikan, termasuk nasib kapten kapal. Informasi penyidikan awal, kapten kapal ini termasuk dalam rombongan pertama yang menyelamatkan diri ketika sekoci turun ke air.
“Setelah penyelidikan lebih lanjut, kami akan mendapatkan hasil dan membuat laporan,” kata Kim Soo-hyun, Kepala Kepolisian Laut Kuning Korea Selatan, Kamis. Kapten feri, Lee Joon-suk, dengan kepala dan wajah tertutup mulai menangis ketika wartawan meminta komentarnya. “Saya minta maaf,” ujar Lee di kantor penjaga pantai Korea Selatan.
Cuaca jadi kendala
Lebih dari 170 kapal dan 500 penyelam terlibat operasi penyelamatan feri yang terbalik ini. Lokasi kecelakaan berada 20 kilometer dari pelabuhan terdekat di Jindo, Korea Selatan, tempat keluarga para korban berkumpul.
Namun, situasi yang buruk menyulitkan upaya penyelamatan untuk mencapai bagian kapal yang kemungkinan masih memiliki cadangan udara yang menyisakan harapan masih akan ada korban selamat.
Di lokasi kecelakaan, hujan turun tanpa henti, dengan angin kencang dan kabut tebal, sepanjang Kamis. Tiga dari 22 relawan penyelam bahkan sempat hilang terbawa air pasang dalam upaya penyelamatan itu, meski kemudian sudah ditemukan berdasarkan informasi dari televisi YTN yang beraviliasi dengan CNN.
Upaya memompa udara ke dalam kapal untuk menambah harapan hidup bagi penumpang yang terjebak juga gagal dilakukan karena cuaca buruk ini. Walaupun pemerintah menjamin upaya penyelamatan akan dijalankan sepanjang waktu untuk menyelamatkan nyawa korban yang masih hilang, keluarga penumpang sudah meradang karena menilai laju penyelamatan terlalu lamban.
“Jika pemerintah peduli terhadap para penumpang, keluarga kami, anak-anak kami, tolong selamatkan keluarga kami dan anak-anak kami,” kata Chang Min, yang putranya masuk daftar penumpang yang masih hilang.
Kapal feri ini dalam pelayaran rutin antara Incheon dan pulau resor Jeju, ketika mulai berguncang sekitar pukul 09.00 waktu setempat, Rabu. Para penumpang yang selamat bertutur, kapal langsung oleng dan terasa ada benturan keras. Saat itu, pengeras suara kapal menyerukan agar penumpang tak beranjak dari tempat masing-masing.
Helikopter penyelamat mengangkat beberapa penumpang yang berada di sisi kapal yang masih ada di atas permukaan air. Sebagian penumpang lain diselamatkan kapal nelayan dan kapal militer yang bergegas mendatangi lokasi tersebut, terutama para penumpang yang ada di dalam air bersuhu 10-13 derajat celsius.
Menjahit harapan
Tak ada yang dapat memastikan apakah ratusan orang yang masih hilang punya harapan hidup. Namun, otoritas setempat mengatakan, mereka bekerja dengan asumsi ada korban selamat. Harapan besar melekat pada lokasi para penumpang yang terperangkap memiliki cukup cadangan udara yang terjebak bersama mereka.
“Dari gambar yang pernah saya lihat, ada jelas beberapa daerah lambung yang berada di atas air yang tidak terendam air,” komentar Mike Dean, Wakil Direktur yang menangani penyelaman dan penyelamatan dari Angkatan Laut AS kepada CNN Tonight. “Jadi, ada kemungkinan bagian di dalam kapal yang memungkinkan tersedia udara untuk bernapas. Sekarang masalahnya adalah suhu di sana,” imbuh Dean.
Sebagian besar kamar tidur penumpang berada di lantai empat dan lima dari kapal itu. “Penyelam sudah mencoba setidaknya enam kali untuk masuk ke dalam kabin yang terendam itu, tapi gagal,” aku Kim. Upaya memompa udara ke dalam kapal akan kembali dicoba pada Jumat (18/4/2014) pagi.
Kim menambahkan, saat ini tim penyelamat sudah mulai mempertimbangkan memakai crane untuk mengangkat kapal dari air. “Kami condong mengupayakan pemulihan kapal. Pendekatan pertama kami adalah masuk ke kapal dan memasukkan oksigen dengan tujuan memperpanjang durasi harapan hidup,” ujar dia. “Sayangnya, jarak pandang yang sangat terbatas dan rintangan besar menyulitkan kami mendekati kapal untuk melakukannya.”
Media Korea Selatan, sebagaimana dikutip CNN, mengutip para penyidik mendalami kemungkinan kapal telah mengambil belokan tajam saat kecelakaan, menyebabkan muatan kendaraan dan kargo bergeser sehingga kapal kehilangan keseimbangan. CNN belum mendapatkan konfirmasi atas dugaan tersebut.
Analis keselamatan transportasi CNN, Mary Schiavo, mengatakan keyakinannya soal kapal telah menabrak sesuatu. Adapun pensiunan kapten kapal barang, Jim Staples, berpendapat kapal mencoba menambah kecepatan setelah terlambat dua jam pemberangkatan dari Incheon karena kabut tebal.
Tidak ada penjelasan dari perusahaan operator kapal, Chonghaejin Marine Corp. Hanya muncul permintaan maaf. “Kami sangat meminta maaf kepada keluarga. Kami benar-benar minta maaf,” kata eksekutif Chonghaejin, Kim Young-bung. “Perusahaan kami berjanji bahwa kami akan melakukan yang terbaik.” Presiden perusahaan ini berusaha mendatangi lokasi kecelakaan, tetapi justru pingsan dan dibawa ke rumah sakit. (berbagai sumber, foto-foto Antara/Reuters)
Sumber :
http://simomot.com/2014/04/18/kisah-tragis-tenggelamnya-kapal-sewol-dengan-korban-ratusan-siswa-sma/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar