Kairo. Mesir dalam ketegangan saat ribuan massa demonstran pro dan anti-pemerintah, Ahad (30/6) berkumpul di ibukota, Kairo, pada ulang tahun pertama pelantikan presiden pertama negara itu yang terpilih secara demokratis.
Ribuan orang yang menentang Presiden Muhammad Mursi telah berkumpul di Kairo Tahrir Square memintanya untuk mengundurkan diri, sementara para pendukung presiden telah bersumpah untuk mempertahankan legitimasinya sampai akhir, yang menyebabkan timbul kekhawatiran akan terjadinya konfrontasi.
Dalam laporan Aljazeera Jumat lalu (28/6), ribuan pendukung Mursi mengadakan reli sendiri di luar sebuah masjid di Kairo. Satu upaya untuk mendahului demonstrasi hari Ahad.
Protes anti-Mursi sedang diselenggarakan oleh sebuah kampanye akar rumput yang menyebut dirinya Tamarod, yang berarti “pemberontakan” atau “pembangkangan”. Mereka mengklaim telah mengumpulkan tanda tangan dari 22 juta orang Mesir yang menuntut penggulingan presiden. Namun tanda tangan tersebut tidak memiliki legal standing (dasar hukum).
Demonstrasi pro dan anti-Mursi di Paris
Sementara itu ekspatriat Mesir di Paris telah mengorganisir demonstrasi Ahad sesuai dengan yang berlangsung di Mesir. Demonstrasi Paris akan dibagi antara mereka yang menyerukan pemilihan presiden lebih awal dan yang mendukung Presiden Mursi, demikian dilaporkan Egypt Independent.
Ahmed Lotfy, seorang pejabat kampanye Tamarod di Perancis, mengatakan kepada kantor berita milik negara MENA bahwa kampanye lokal telah mengumpulkan 1.800 tanda tangan. Petisi Tamarod dikirim ke Mesir beberapa hari lalu.
Sementara Abdel Rahim al-Khouly, Wakil Ketua Asosiasi Harapan Mesir di Perancis, mengatakan bahwa sekelompok ekspatriat Mesir merakit dukungan kepada Mursi, Ahad di alun-alun Trocadero seberang Menara Eiffel, dan kemudian berbaris ke kedutaan besar Mesir untuk membela legitimasi Presiden. Khouly mengatakan bahwa rakyat Mesir telah memilih demokrasi dan ini harus dihormati.
Seruan untuk mengundurkan diri
Pendukung Mursi menyamakan seruan bahwa alasan satu-satunya cara untuk menghapus Mursi dari kursinya adalah melalui pemilihan umum yang baru. Mereka membawa poster di reli Jumat bersikeras bahwa legitimasi presiden adalah “garis merah”.
“Jika kita mengatakan bahwa kita memiliki mayoritas, dan oposisi mengatakan bahwa mereka memiliki mayoritas, bagaimana mereka bisa memutuskan?” tanya Nader Omran, juru bicara dan penasehat Partai Kebebasan dan Keadilan, sayap politik Ikhwanul Muslimin. “Apa solusi lain untuk dilema ini, kecuali kotak suara?”
Kampanye Tamarod juga telah bersumpah untuk melanjutkan protes mereka sampai Mursi mengundurkan diri, tetapi masih harus dilihat apakah mereka bisa mempertahankan momentum mereka setelah Ahad.
Bagi massa anti-Mursi, jika Mursi melakukan langkah mengundurkan diri, masih belum jelas siapa tokoh yang bisa menggantikannya. Para aktivis menyerukan pemerintahan transisi yang akan merancang konstitusi baru dan kemudian mengadakan pemilihan presiden dan parlemen baru. (rh/mina)
Redaktur: Saiful BahriSumber:
http://www.dakwatuna.com/2013/07/01/36047/ketegangan-massa-pro-dan-anti-pemerintah-mesir/#ixzz2Xl77NrBV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar