Jumat, 12 November 2010

Perlu ada sandiwara untuk mencuri teknologi

Cerita mengenai reaktor nuklir Pakistan, kahuta, bermula di Amsterdam, Belanda pada awal tahun 70-an. Semua itu atas jasa Dr. Abdul Qodir Khan.
Khan mengambil MA-nya dalam Bidang Metalurgi di Technical University of Delft antara 1963-1967. Ia melanjutkan studinya di Catholic University of Leuven tahun 1972 dan mendapat Ph.D.
Professor M.J. Brabers, Dosennya di Leuven mengatakan Khan “Seorang ilmuwan yang kompeten dan genius.” Brabers ingat sekali ia sangat mudah bergaul.
Ia diajak temannya Technical University of Delft untuk masuk ke tim elit di Physical Dynamics Research Laboratory (FDO). Jabatan yang dipegang itu tidak diiklankan.
FDO berpartisipasi aktif dalam salah satu proyek nuklir utama di Eropa, Urenco di Almelo. Sebuah Joint Venture antara pemerintah Inggris, Jerman Barat, dan Belanda.
Reaktor ini menggunakan teknologi Ultra Sentrifugal. Dengan technology ini, uranium 235 dapat dihasilkan. Khan berusaha mendapatkan teknologi ini.
DR. Khan di FDO sebagai subkontraktor dan konsultan. Spesialisasinya mengenai pemanfaatan metal eksotik untuk menahan strain akibat kecepatan sentrigufal yang tinggi.
Setiap pegawai FDO dituntut mendapatkan litsus, termasuk Khan. Karena kemampuannya dalam bidang metalurgi, plus istrinya orang Belanda dan sudah menetap di Barat selama 11 tahun, akhirnya ia lulus litsus.
Khan ,menetap di 71 amstelle Street, daerah pinggiran kota Zwanenburg, tidak jauh dari lapangan terbang Schipol Amsterdam. Keluarganya bergaul akrab dengan tetangga sekitarnya.
Keberadaan DR. Khan di Urenco tak pernah dicurigai. FDO memintanya mempelajari proses secara umum di Urenco, terutama di bidangnya.
Pada tahun-tahun berikutnya, Khan secara resmi terlibat dalam penelitian metalurgi untuk proyek ultrasentrifugal itu.
Salah satu tugasnya menerjemahkan dokumen-dokumen teknik. Dokumen-dokumen ini berulang-ulang dibawanya ke rumah. Semuanya dengan izin FDO.
Dalam banyak hal, ia mengetahui banyak perusahaan-perusahaan yang mensuplai komponen ultrasentrifugal itu.
Ia bekerja di dalam komplek reaktor nuklir itu sendiri, dan diberikan ruangan pada salah satu bagian paling sensitif di Urenco. Pada bagian ini perencanaan akhir dan desain kerja dilakukan. Bagian ini di namakan “ Brainbox ”.
Khan menyelesaikan 16 hari pada kontrak keduanya di Almelo tanpa menimbulkan kecurigaan dan kembali ke kehidupan biasa di FDO.
Pada bulan Oktober 1975, Menteri Ekonomi Belanda meminta FDO memutasi Khan ke jabatan baru. Pada jabatan ini ia tidak lagi mempunyai kaitan dengan proyek ultrasentrifugal. FDO setuju. Kecemerlangan Khan di Amsterdam berakhir.
Pada 15 Desember, Khan dan istrinya, Henny serta kedua anak perempuannya berlindung ke Pakistan. Henny menulis surat ke tetangganya bahwa suaminya jatuh sakit terserang penyakit kuning. Mereka harus tinggal selama 8 minggu lagi.
Beberapa lama kemudian, Khan menulis ke FDO. Dalam surat ini , ia putuskan untuk tidak kembali ke Belanda, dan mengajukan pengunduran diri pada 1 Maret 1979.
Skandar terbesar di Belanda ini baru terungkap pada awal tahun 1979, jauh setelah Pakistan berhasil menciptakan senjata nuklir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts